Ikan Mas Gorengpatut :'( bahkan darimu aku mulai menyukai ikan

Maandag 24 Februarie 2014

KITA ? Tak lagi sepasang sayap

Sayapku memang telah patah, tapi tak menjadi alasan ku akan menahanmu untuk terbang lebih tinggi — itu yang terfikir hari itu saat ku tahu kau memilih yang lain, bukan tak mencintaimu untuk tak menahan pergimu apatalagi melontarkan ketaksetujuanku saat itu . Tapi jauh sebelum itu, ku cukup tahu diri bahwa tak ada hal istimewa dariku untuk harus dipertahankan. Maka ketika kau pergi, ku hanya diam dalam bisuku, dalam pedihnya perasaanku.
Sayapku memang tak lagi mampu mengepak, tapi tak menjadi alasan ku akan memintamu berjalan bersamaku lantas kau tak lagi mengangkasa — Itu yang terfikir hari itu saat kau mengatakan telah memilih hati yang lain, bukan tak mencintaimu untuk tak memaksamu memilihku saja. Tapi jauh sebelum itu, ku cukup tahu diri bahwa aku tak pernah cukup bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Maka ketika kau tak lagi untukku, ku hanya nanar dalam kekosonganku, dalam lukanya asaku

Tapi usah cemaskanku, patah sayapku mungkin tak mampu membuatku terbang menujumu, tapi jauh di bawah sini doaku selalu melangit untuk kebahagianmu. karena tak lagi penting apakah suatu saat ku bisa kembali terbang bersamamu atau tidak, hanya ku ingin kau tetap terbang walau tak lagi denganku.

Pun usah cemaskan atas patahnya sayapku, karena kau tahu? untuk mencintaimu dengan atau tanpa sayap pun aku bisa melakukannya. Mungkin kau lupa, sebelum kau beriku sayap, jauh sebelumnya aku telah mencintaimu, dan itu cukup untuk menjelaskan mengapa aku mampu mencintaimu, bahkan ketika kau tak lagi memilihku.
Aku baik-baik saja dan akan baik-baik saja, selama ku bisa menatapmu dalam doaku. Bahagiamu, bahagiaku — maka ku mohon untuk satu hal itu kabulakanlah untukku — Jikapun kau melihat air mataku atau kesakitan di rasaku, tenanglah itu hanya rindu yang kadang lebih kuat dari tegarku.

Dan tentang ku hindarimu, semoga tak pernah terfikir olehmu bahwa itu karena kebencian. Tentu saja itu tak mungkin, aku hanya terlalu malu bahwa begitu lama ku tak menyadari sayap yang tak lagi untukku, ku paksa menerbangkanku untuk berada di sisimu. Maafkan aku, untuk tak menyadarinya, menyadari begitu lama memaksamu mencintaku..

***
Hingga di detik ini, cintaku masih sama bahkan mungkin bertambah, sayangnya satu sayap takkan mampu menerbangkanku. Rinduku pun tetap sama, bahkan perihal sapaan “hari itu” meski tanpa aksara pun suara, dan mungkin hanya kebetulan belaka, masih mampu mendetakkan jantungku sama setiap kau menyapaku diwaktu lalu, namun jujur aku takkan mampu dengan kekebetulan apapun itu. Aku tak bisa, di sisimu lantas tak menjadi sesiapa, aku tak bisa.–

Jika saja boleh meminta, untuk takdirku. Bagiku tak mengapa jika kau bukan untukku — asal kau selalu bahagia — dan asal di cabut satu hal dariku — “rindu” — itu saja :’)


Credit



Donderdag 13 Februarie 2014

Dialog part 1

“hai selamat, hari ini kamu bisa!” “benarkah? Tapi perasaanku masih sama. Sepertinya ia bahkan lebih betah dari yang kau kira, dan dari yang kuperkiraan” “itu hanya perasaanmu saja ” “perasaanku saja? bukankah ini setiap hari terjadi? kau meyakinkanku bahwa aku bisa melakukannya, tapi nyata setiap hari aku pun harus berkata rasa-rasanya masih sama” “hmm coba kau simak perasaanmu dengan benar, aku yakin aku benar!” “bagaimana mungkin kau seyakin itu?”"karena aku yakin kau pantas bahagia” “bahagia? mengertikah kau arti bahagia bagiku? ketika sepotong hatiku bahkan tak lagi bisa ku temukan?” “dengan sepotong yang tersisa kau bisa jatuh cinta lagi” “yang kau maksud memberi hati yang sepotong ini kepada yang lain? ahh kamu bercanda! akan apa yang tersisa untukku setelahnya? ini gila!” “tidak, hanya cukup kau sandingkannya” “heh! jaminan apa yang bisa kau beri bahwa ia tak akan terampas juga?” “berhentilah bersikap skeptis” “kesedihan apa yang akan disisakan oleh penghianatan, selain rasa tak percaya — lagi. ketika semua yang di hati seperti terkuras habis oleh rasa curiga. apa, apa, apa?!! “ya, jika kau percaya pada Tuhan, kau takkan pernah mempertanyakan itu” “kau menyudutkanku?” “tentu tidak, aku sedang membelamu” “apa kepentinganmu untuk ikut campur dengan perasaanku?! untuk harus kau mengatakan kau membelaku? Lucu sekali!” “karena aku nuranimu, bagian darimu. aku akan terus membelamu, untuk terus beriring dengan logika” “aku perempuan, dan logika tak harus menemaniku” “ah sudahlah, aku nurani. seberapapun kau bertahan, akupun akan bertahan” “terserahlah” “sekarang kembali berjuang dari nol, esok untuk kali sekian akan ku ucap selamat lagi untukmu”

Setiap hari memulai, setiap hari mengakhiri..
memital lalu mengusutkan…
menyatukan lalu memcahkan…
Lucu dan terasa bodoh!
Untuk ini jangan tanya kenapa, kenapa, kenapa :'D