Ikan Mas Gorengpatut :'( bahkan darimu aku mulai menyukai ikan

Maandag 18 November 2013

Cinta.. Bisakah Engkau Definisikan Untukku ?!!!

Di hening yang Sunyi… ‘Sepi’

Monday ke-20 dari ketiadaanmu di awal pekanku..
Huffh…Sebuah kebodohan bahwa aku masih menyimpanmu di hati..
Tapi sebuah kesalahan pula bahwa aku harus melupakanmu begitu saja..
Seperti inikah cinta itu..?
Tlah berulang kali kucoba mengikhlaskanmu…
Berulang kali hati kecilku mengatakan ‘tidak’
HATI KECILKU…? Benarkah hati kecil ku yang berkata?
Atau keinginan memilikilah yang menyebabkan ku tak pernah ridha?
Ah.. entahlah yang ku tahu…
Tak pernah lagi ku usik dirimu…
Aku mencoba menjauh, seperti apa yang kamu lakukan padaku..
Bukan.. bukan karena rasa sesalku atas sikap menjauhmu..
Namun ku sadari saat ini, menjauh itu adalah bahagiamu…
Maka tak ada yang bisa ku lakukan selain berdiam dalam bisuku…
Sayangnya…
Tak pernah ku sadari..
Rasa ini, sungguh sangat menoreh sakit di hatiku..
Mungkinkah memang cinta harusnya tak pernah meminta.. melainkan hanya memberi?
Memberi..memberi dan hanya memberi…?
Ah cintaa.. tak pernah ku fahamimu..*_*
Tak adakah defenisi tentangmu untukku..? huffh..
“Ya Rabb, Pemilik Cinta.. Dosaku kah? sedang tlah kucoba segala cara, agar hapuskan tentangnya..
Tlah ku coba menutup mataku, telingaku.. segala tentangnya..
Namun Duhai, bahkan doaku serasa kelu ketika memohon agar hapus namanya di hatiku..
adakah yang salah Rabb? Sedang dadaku semakin sesak mengenangnya, Perih.”
Teriring sebuah catatan CINTA..
-by.Anis Matta….
”Semoga Manfaat” untukmu, untuk mereka, untuknya, untukku dan untuk semua yang inginkan defenisi CINTA dari ketiadaan defenisi itu sendiri..



CINTA TANPA DEFENISI

Cinta. Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Cinta. Seperti banjir menderas menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa menganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutanya. Setelah itu ia kembali tenang. Seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menympan kekuasaan besar
Cinta. 

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi . atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua menjadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.
Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tak terkira. Ia jelas sejelas matahari.
Mungkin sebab itulah Eric Fromm dalam “The Art of Loving” tidak tertarik atau juga tidak snggup mendefenisikannya. Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu di defenisikan bagi dirinya?.

Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan. Tidak ada defenisi memang! Dalam agama, atau filsafat atau sastra atau psikologi. Tapi inilah obrolan manusia sepanjang masa. Inilah legenda yang tidak pernah selesai .

Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atu Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Rome dan Juliet, Laila Majnun, St Nurbaya atau Cindirella. Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta dibalik kemegahannya.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan bukan defenisi. Ia disentuh sebagai suatu situasi manusiawi, dengan detil-detil nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai kehidupannya menjadi sublime; begitu agung tapi juga terlalu rumit. Perang berubah menjadi panorama kemanusiaan begitu cinta menyentuh para pelakunya. Revolusi tidak dikenang karena geloranya tapi karena cinta yang melahirkannya. Kekuasaan tampak lembut saat cinta masuk wilayah-wilayahnya. bahkan penderitaannya akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya: seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayap Patah-Nya.

Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya. Tapi di situ puladaya tariknya tersembunyi. Kerumitan tersebar pada detil-detil nuansa emosinya, berpadu atau berbeda. Tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia.

Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir atau nyala api, seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita. Semua sifat dan cara kerja udara, api dan air juga terdapat dalam sifat dan cara kerja cinta. Kuat. Dahsyat. Lembut. Tak terlihat. Penuh haru biru. Padat makna. Sarat gairah. Dan antagonis.

Barangkali kita memang tidak perlu defenisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah defenisinya; karena –kemudian- semua keajaiban terjawab di sana.


Sahabat tak pernah ku menyesal bahwa ku pernah jatuh cinta..

Penyesalanku adalah bahwa aku tak mengikhlaskannya bahagia dengan pilihannya..
Namun saat ini tlah ku coba belajar melerai luka ini dengan keikhlasan..
karena saat ini…
kuingin..
CINTA itu BUKAN bagaimana aku DICINTAI tapi bagaimana aku MENCINTAI…
Ah Cinta.. Saat ini, bisakah engkau mendefenisi untukku..?
Sebab ku tak ingin menjadi si Laila Majnun kedua.. *ada-ada aza.. ya gak lah! ;p


Salam Cinta

-Amelia Senja-



Dear To Allah


Curahanhati Tiada Batas..

Di pagi yang dingin di temani derai hujan..
Aaah itu kesukaan lelaki-hujanku :)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..

Menjalani hidup tanpaNya seperti berlayar tanpa kompas..
Tak tahu hendak kemana dituju..
Melewati masa dan alur hidup yang tak tentu arah. Seperti pula yang kurasakan saat ini, benarkah slama ini tlah ku bawa kompas hidupku? Atau malah tlah ku buang di dasar laut…
Entahlah..
Yang aku tahu, aku tlah tersesat..


Dan tahukah…
Sesat itu tlah membiarkanku sekarat dalam keterpurukan…
Hingga tak ada nama yang bisa kusebut selain ‘ALLAH’…

“Ya Rabb..
Di pintuMU aku mengetuk..
Tiada ku henti..
Memanggil namaMU ku dalam temangu..
Tiada ku diam..
Ke manakah lagi kaki kan menapak..
Sedang tak ada sejengkal ruang dalam sesatku..
Pada siapa lagi ku mengadahkan tangan..
Sedang langitpun tlah gelap sekelam hatiku..
Ya Allah..
Pengasih Penyayang..
Hanya pintuMU lah yang tiada pernah tertutup..
Izinkan ku simpuhkan hati di kehadiratMU..
Karena tiadaMU adalah deritaku..
Derita yang sekaratkan hati..
Dalam raga yang hidup..


Allah…
Di pintuMU
izinkan aku mengetuk…

~ Aku ~


Woensdag 13 November 2013

Dan Hari Ini Datang :)

Mendapati bahwa diri ini sampai ke angka dua puluh empat rasanya aneh
Minggu kemarin dihabiskan dengan prasangka buruk dan aura sedih karena sugesti ga akan mencapai tanggal ini
but, well, here i am. At home, safely.
14 Nopember 2013 bertepatan dengan jadwal check up, rasanya menyenangkan ketika kamu bisa berada di rumah bersama keluarga. But not it’s

Tepat beberapa jam sebelum menuju puku 00.00, saya menghabiskan waktu menonton Pacth Adam bersama dengan keluarga kecil yang saya temukan di negara ini “ Paris of Love “ yang sedang makan pancake buatan little gumiho. Nothings special about that, tapi berada pada keadaan sehat, di rumah, dengan keluarga, sudah cukup untuk bersyukur tiada tara pada Allah atas nikmat-Nya yang tidak pernah berhenti melingkupi keluarga saya.

Tahun 2013 adalah masa tersulit untuk saya dan keluarga hadapi. Dari saya yang di operasi, kemudian Uno sahabat saya. Mendapati bahwa semua cobaan sudah dilalui dan melihat segalanya berlangsung normal, membuat saya semakin yakin bahwa Allah tidak pernah memberikan cobaan melampaui kekuatan hamba-Nya.

Seharusnya tahun ini, di umur dua-empat ini, harus ada yang saya lakukan untuk membuatnya berbeda. Kemarin sih rencananya ingin membuat sesuatu untuk dibagikan kepada beberapa orang yang secara randomly saya temui di jalan hari ini, namun mengingat akan check up, sepertinya hal itu akan saya lakukan setelah hari ini :P

Umur dua empat ya, hmmm, sepertinya diri ini masih belum banyak berubah sejak beberapa tahun lalu. Masih suka ngambek, masih suka egois dan emosi, masih suka permen gulali dan kembang gula di pasar malem, masih kepengen ke kidzania, masih dan masih banyak hal lain yang sudah seharusnya ditepis untuk melakukan hal visioner lainnya.

Di umur dua empat ini, tidak ada yang lebih menenangkan selain melihat keluarga saya masih utuh, keluarga masih sehat, saya masih bisa kuliah, mendapatkan teman yang baik dan mendukung, serta lingkungan yang nyaman. Tak ada yang lebih menyenangkan selain tahu bahwa Allah selalu ada untuk melindungi saya, membimbing dan mendengarkan atas segala keluh kesah yang saya ucapkan setiap harinya. Dan tentu tidak ada yang lebih mendebarkan selain menunggu apakah tahun depan saya masih bisa mencapai dua lima, atau ternyata dua empat adalah umur terakhir saya.

Keep doing good for others, keep be my self.
:)



Amelia Paelang Daeng
14 Nopember 2013

di umurnya yang keduaempat dan belum melakukan hal berarti untuk Indonesia
dan di umurnya yang kedua empat yang berniat bergerak lebih banyak untuk Indonesia
#ngiiik J


merci centilku

Merci Uno 

merci centil 


Maandag 11 November 2013

I'M COMEBACK

Terima kasih untuk masa lalu, tentang segala kenangan yang indah. Terima kasih telah mengajarkanku arti sebuah kerelaan .

Maaf, maaf untuk hadirku di hidupmu. Yang dengan begitu bodoh tak pernah memahami isi hatimu. Maaf juga telah begitu lama membebanimu dengan kehadiranku, sampai kau harus rela menjaga perasaanku di waktu yang cukup lama. Jika boleh memutar waktu, aku hanya ingin mengembalikan waktu yang terbuang karenaku. Tapi kusadari itu hanyalah kemustahilan. Benar, aku tak punya kuasa untuk semua itu. Karena meski begitu tertatih dan berat, pelan tapi pasti aku mencoba menjadi tiada bagimu, tentu bukan dengan menghapus segala tentangmu atau melupakan. Tapi dengan melepas semuanya, melepas semua milik yang menulis tentangmu. Dan tentu, rumah kecilku, rumah yang hampir semua adalah tentangmu. Pun akan kulepaskan jua, berat? Itu pasti. Namun aku percaya, kau adalah bagian dari skenario hidupku yang hanya bertugas mampir sejenak, karenanya ketiadaanku kelak sepenuhnya dalam hidupmu, bukan karena aku merasa terluka atau akibat kebencianku padamu.
Sebab satu hal yang kuyakini, orang yang benar-benar mencintaimu, hanya memiliki satu pilihan ketika kau tak lagi mencintanya “pergi, lalu membawa sepotong hatimu”
Sekali lagi maaf dan terimakasih, doaku kau selalu bahagia..
ps: maaf, tapi izinkan sekali ini lagi, mengatakan “aku mencintaimu” :’)
***
Selamat tinggal kenangan :’)
Selamat tinggal Lelaki Hujanku :')