Ikan Mas Gorengpatut :'( bahkan darimu aku mulai menyukai ikan

Sondag 27 April 2014

Just Read , This you

Kutulis lalu sebisaku tak membacanya lagi.
Adalah hal yang kulakukan semenjak dunia yang kukira milikku sendiri,
ternyata juga berada dimensimu (anggap saja aku sok tahu ).
Sungguh andai aku di hadapanmu saat itu,
saat kau mengatakan ruang ini tertangkap olehmu mungkin aku akan berlari sejauh ku bisa atau jika tidak,
aku berharap bisa menghilang seketika itu.
Beruntung kita tertabir jarak,
hingga membuatku bisa tersipu sendiri di balik layar,malu — sungguh.
Semenjak itu, sering juga disuatu waktu aku tertawa menahan sipu,
mengingat-ingat apa yang pernah aku tuliskan.
Iya, mungkin mudah saja membuka lalu membacanya kembali,
tapi tidak, sebab bahkan dibaris 3 atau 4 secepat kilat kupejam mata lalu memeluk gedgetku,
tak kuasa membacanya.
Ah padahal aku sendiri penasaran dengan ingatan-ingatan yang pernah tertulis itu — bodoh,
dan terkesan gila bukan?
*abaikanjikatakberlogika :p

Namun tak ku pungkiri, aku bahagia kau telah membacanya.
Entah kau sadari atau tidak, kaulah yang tertulis di sini. Kadang aku ingin bertanya padamu,
adakah banyak hal salah yang tertulis di sini? Ada jugakah banyak duga salah? Atau terlampau berlebih? Atau jika tidak,
adakah hal yang tak kau sukai? Atau bisa jadi melukaimu? — namun tanya itu tertahan oleh satu tanya pula,
apakah kamu tahu di sana yang tertulis adalah kamu? Terlepas dari segala tanyaku. Sekali lagi,
aku sejujurnya bahagia kau membacanya, membaca hatiku. Hanya saja, setelah itu terasa sulit menulismu,
serasa seperti ber-presentase di hadapan jutaan orang.
Kau tahu? Itu membuatku gugup.
Tapi sudahlah, bukankah ini mau-ku.
Jika benar aku ingin kau tahu,
seharusnya aku menuliskannya lagi — bukan?
Sebab jika harus mengatakannya — langsung dan mengetiknya di percakapan kita,
itu akan lebih sulit bagiku (tentang ini, jelas kita tahu, bahwa — cinta dapat membuat sesuatu yang -bising bisa sedemikian begitu -kelu).
Maka di sini, setidaknya kau bisa membaca hatiku.
Tanpa setidaknya typing tangis, kecewa dan sedihku tak tertulis sebagai “hahahaahah” lagi :’)

Lalu di sana apa kabarmu? apakah kau masih membacaku,
membaca tentangmu di duniaku? Oh iya,
bukankah sudah beberapa waktu ini aku tak menulis di sana,
pun jika iya, toh selalu saja berakhir di draft,
apa yang akan kau baca?

Tapi apakah mungkin kau masih membacaku?
sedang aku tahu kau telah memilih hati yang lain :')
aah maafkan aku

                                                                        ***


~ Aku ~ 


04:09

city of love 




Maandag 07 April 2014

SE-PASI

Apakah memang cinta itu seperti sebuah kalimat?
Yang jika tanpa spasi ia akan begitu rancu
dan mungkin hampir tak bermakna… ?

Maka jika yang dimaksud sesekali
Pun berkali-kalinya tiada mu adalah spasi..
Kuharap cinta ini akan lebih bermakna..
Akan lebih kuhargai –
Setidaknya mengajarkanku untuk lebih bersabar

Hai kamu, iya kamu..
Tahukah? aku merindukanmu..
Dan aku tak bisa mengatakannya
Ah, bagaimana mengatakannya…
Menyapamu pun..
Kadang teramat rumit bagiku…
Teramat cemaskanku, kalau-kalau ku tlah usikmu
Huffh.. :’)

***
“Jika cinta adalah — kata. Mungkin rindu itu bernama — spasi”

Kutulis ini, karena ku ingin kau membacanya..
Sebab mungkin, untuk menyapamu kali ini — lagi
Itu akan sangat meng-gugupkan-ku

Aku merindukanmu..
Dan semoga tiap-tiap spasi di perjalan ini — kita
Adalah saat di mana, kupastikan akan kulangitkan doaku…
Adalah saat di mana, ku aamin kan tiap-tiap asa-mu…
Ah semoga — Doa kita, Asa kita — selaras — terijabah..
Aamiin ya Muhaimin :’)

Maandag 24 Februarie 2014

KITA ? Tak lagi sepasang sayap

Sayapku memang telah patah, tapi tak menjadi alasan ku akan menahanmu untuk terbang lebih tinggi — itu yang terfikir hari itu saat ku tahu kau memilih yang lain, bukan tak mencintaimu untuk tak menahan pergimu apatalagi melontarkan ketaksetujuanku saat itu . Tapi jauh sebelum itu, ku cukup tahu diri bahwa tak ada hal istimewa dariku untuk harus dipertahankan. Maka ketika kau pergi, ku hanya diam dalam bisuku, dalam pedihnya perasaanku.
Sayapku memang tak lagi mampu mengepak, tapi tak menjadi alasan ku akan memintamu berjalan bersamaku lantas kau tak lagi mengangkasa — Itu yang terfikir hari itu saat kau mengatakan telah memilih hati yang lain, bukan tak mencintaimu untuk tak memaksamu memilihku saja. Tapi jauh sebelum itu, ku cukup tahu diri bahwa aku tak pernah cukup bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Maka ketika kau tak lagi untukku, ku hanya nanar dalam kekosonganku, dalam lukanya asaku

Tapi usah cemaskanku, patah sayapku mungkin tak mampu membuatku terbang menujumu, tapi jauh di bawah sini doaku selalu melangit untuk kebahagianmu. karena tak lagi penting apakah suatu saat ku bisa kembali terbang bersamamu atau tidak, hanya ku ingin kau tetap terbang walau tak lagi denganku.

Pun usah cemaskan atas patahnya sayapku, karena kau tahu? untuk mencintaimu dengan atau tanpa sayap pun aku bisa melakukannya. Mungkin kau lupa, sebelum kau beriku sayap, jauh sebelumnya aku telah mencintaimu, dan itu cukup untuk menjelaskan mengapa aku mampu mencintaimu, bahkan ketika kau tak lagi memilihku.
Aku baik-baik saja dan akan baik-baik saja, selama ku bisa menatapmu dalam doaku. Bahagiamu, bahagiaku — maka ku mohon untuk satu hal itu kabulakanlah untukku — Jikapun kau melihat air mataku atau kesakitan di rasaku, tenanglah itu hanya rindu yang kadang lebih kuat dari tegarku.

Dan tentang ku hindarimu, semoga tak pernah terfikir olehmu bahwa itu karena kebencian. Tentu saja itu tak mungkin, aku hanya terlalu malu bahwa begitu lama ku tak menyadari sayap yang tak lagi untukku, ku paksa menerbangkanku untuk berada di sisimu. Maafkan aku, untuk tak menyadarinya, menyadari begitu lama memaksamu mencintaku..

***
Hingga di detik ini, cintaku masih sama bahkan mungkin bertambah, sayangnya satu sayap takkan mampu menerbangkanku. Rinduku pun tetap sama, bahkan perihal sapaan “hari itu” meski tanpa aksara pun suara, dan mungkin hanya kebetulan belaka, masih mampu mendetakkan jantungku sama setiap kau menyapaku diwaktu lalu, namun jujur aku takkan mampu dengan kekebetulan apapun itu. Aku tak bisa, di sisimu lantas tak menjadi sesiapa, aku tak bisa.–

Jika saja boleh meminta, untuk takdirku. Bagiku tak mengapa jika kau bukan untukku — asal kau selalu bahagia — dan asal di cabut satu hal dariku — “rindu” — itu saja :’)


Credit



Donderdag 13 Februarie 2014

Dialog part 1

“hai selamat, hari ini kamu bisa!” “benarkah? Tapi perasaanku masih sama. Sepertinya ia bahkan lebih betah dari yang kau kira, dan dari yang kuperkiraan” “itu hanya perasaanmu saja ” “perasaanku saja? bukankah ini setiap hari terjadi? kau meyakinkanku bahwa aku bisa melakukannya, tapi nyata setiap hari aku pun harus berkata rasa-rasanya masih sama” “hmm coba kau simak perasaanmu dengan benar, aku yakin aku benar!” “bagaimana mungkin kau seyakin itu?”"karena aku yakin kau pantas bahagia” “bahagia? mengertikah kau arti bahagia bagiku? ketika sepotong hatiku bahkan tak lagi bisa ku temukan?” “dengan sepotong yang tersisa kau bisa jatuh cinta lagi” “yang kau maksud memberi hati yang sepotong ini kepada yang lain? ahh kamu bercanda! akan apa yang tersisa untukku setelahnya? ini gila!” “tidak, hanya cukup kau sandingkannya” “heh! jaminan apa yang bisa kau beri bahwa ia tak akan terampas juga?” “berhentilah bersikap skeptis” “kesedihan apa yang akan disisakan oleh penghianatan, selain rasa tak percaya — lagi. ketika semua yang di hati seperti terkuras habis oleh rasa curiga. apa, apa, apa?!! “ya, jika kau percaya pada Tuhan, kau takkan pernah mempertanyakan itu” “kau menyudutkanku?” “tentu tidak, aku sedang membelamu” “apa kepentinganmu untuk ikut campur dengan perasaanku?! untuk harus kau mengatakan kau membelaku? Lucu sekali!” “karena aku nuranimu, bagian darimu. aku akan terus membelamu, untuk terus beriring dengan logika” “aku perempuan, dan logika tak harus menemaniku” “ah sudahlah, aku nurani. seberapapun kau bertahan, akupun akan bertahan” “terserahlah” “sekarang kembali berjuang dari nol, esok untuk kali sekian akan ku ucap selamat lagi untukmu”

Setiap hari memulai, setiap hari mengakhiri..
memital lalu mengusutkan…
menyatukan lalu memcahkan…
Lucu dan terasa bodoh!
Untuk ini jangan tanya kenapa, kenapa, kenapa :'D



Maandag 27 Januarie 2014

Dalam Kenangan #Part 1

Credit 

Ini akan sangat melukaiku, untuk menulis dan mengakui bahwa aku tak bisa berhenti mencintainya. Akan tetapi sejauh mana aku bisa berlari menghindarinya, kenyataannya rinduku selalu selangkah lebih jauh dariku

Sejak hari itu, benteng kokoh ku bangun dihatiku. Bukan, bukan untuk menahan segala sakit karena tidak dicintai lagi. Jelas bukan itu, sejak awal, ketika pertama kali kurasakan sesuatu yang lain dihatiku, aku bahkan lupa kapan itu terjadi, tapi aku ingat betul saat itu hari hari ku dipenuhi hal-hal bodoh, kadang aku tertawa, menangis dan marah untuk sesuatu yang tak aku mengerti, hingga akhirnya aku tahu, aku telah jatuh cinta. Tentang jatuh cinta, tak perlu aku jelaskan, hal seperti itu akan membuat seseorang menjadi penguntit nomer 1, iya, membuat ingin tahu segalanya, juga tentang perasaannya.

Seperti kukatakan, aku takkan menyerah hanya karena kesakitan, apa lagi bersikap kekanak-kanakan dengan cara menghindar. Karena tentang rasa sakit, aku sudah terlalu terbiasa untuk menjadikannya alasan, sebab jauh sebelum akhirnya dia memutuskan memilih yang lain, aku telah banyak belajar dan mengenal luka. Bagaimana merasakan sakitnya rindu pada seseorang yang bahkan tak mengetahui betapa kau mencintainya, menangis dan marah ketika bahkan yang dirindukan tak melakukan salah. Hingga ketika rindu tak terbendung akhirnya kau melepas dinding bernama harga diri hanya untuk mengatakan kau mencintainya, pun bagaimana letihnya merasakan hari-hari dalam ketidakpastian cinta, menahan rasa rindu yang begitu melukai pada seseorang yang katanya mencintaimu, lalu terus menunggu dalam pedihnya pengabaian-pengabaian dan ketakpercayaan. Lantas bagaimana akan mengatakan bahwa aku menjauh karena begitu telah terluka oleh pencampakan, oh tentu saja lagi-lagi kukatakan rasa sakit bukanlah alasan mengapa ku putuskan menghindar.

Menyerah untuk orang yang aku cintai? Membenci karena dicampakkan? Tentu, dua hal tentangnya yang tak ada dalam kamusku. Namun jika benar, kini aku nampak menyerah. Bolehkah kukatakan kebenarannya? Iya, aku tak pernah menyerah, walau bahkan aku telah memasang benteng setinggi apapun dihati. karena faktanya, aku semakin mencintainya, hanya saja kini caraku mencintainya telah berbeda, jika dulu aku mengikatnya dengan kuat, maka kini aku harus membebaskannya. Hal apapun itu kecuali dalam kontes aqidah akan aku lalui dan takkan pernah menyerah untuk memperjuangkan perasaanku. Tapi satu hal yang tak bisa kupaksakan, tak bisa kutahan dan kucegah, meski dalam hukum alam aku bisa saja melakukannya. Satu hal itu adalah — memintanya tak berhenti mencintaiku — Jadi, siapapun ahh atau hai kau pradugaku, jangan berfikir aku menghindarnya karena alasan kebencian — sebab bagaimana bisa aku membencinya sedang cintaku terus mendoakan kebahagiaannya, memohonkannya ditiap sujud-sujudku agar ia takpernah merasakan luka cinta sedikitpun. Ah menanggung luka cinta, apa sulitnya bagiku? pun bahkan jika boleh, luka cinta yang dia punya akan aku tanggung serta. Aku tak pernah membencinya, sungguh. Hanya saja aku harus menghindarinya, iya mengindari – menumbuhkan harapanku yang tak dia harapkan dan menghindari – sesuatu yang dia hindari.

***
Kepadamu, terima kasih pernah mencintaiku. Jika waktu bisa terulang, hal yang tak pernah kusesali adalah jatuh cinta lagi padamu ~

Hiduplah dengan baik dan sehat, tentang apapun yang tertulis olehku dimanapun itu, maaf karena aku tak cukup baik menyembunyikan perasaanku, semoga kau bisa memakluminya, anggaplah itu hanya seling hidup bahwa aku pernah ada dihidupmu. Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu dan tentu kepada siapapun perempuan beruntung yang kini di sisimu.

Satu hal lagi — maaf, karena terkadang, walau seberapa kuat kutahan tak menulismu dalam doaku. Aku tak bisa menahannya





~ Aku ~

27:01:2014:16:34




Kota Daeng,