Kepadamu pemilik hati ini, aku
mengatakan sesungguhnya rindu yang tak hingga ini masih tertuju kepadamu.
Tempatku masih disini, sama seperti beberapa hari lalu atau jika aku ingin
muluk maka tempatku masih sama dengan beberapa bulan lalu, mencintaimu dengan
tulus dan menantimu dengan penuh harapan.
Maaf mungkin aku memang banyak mengabaikanmu meski kamu begitu berarti dalam
hidup. mementingkan segala hal tentangku hingga melupakanmu dengan begitu.
Sejatinya, kamu
mengajarkan banyak hal padaku. Tentang sebuah kerendahan hati dan keikhlasan
yang sulit sekali dituntaskan dalam universitas kehidupan ini. Mungkin itu juga
yang membuatmu sulit dipahami dan dimengerti. Tapi percayalah, aku belajar
banyak darimu. Aku belajar memaknai hidup, belajar tentang bagaimana
merendahkan hati tanpa merendahkan diri, belajar menerima.
Bukankah itu yang
paling penting? Menerima apapun dengan kelapangan dada. Sulit sudah pasti,
memang tak ada yang mudah menjalani hidup ini.Tapi kamu adalah warna, bahwa
segalanya tetap akan baik-baik saja meski tidak sempurna. Dan itulah letak
kesempurnaan manusia, menyadari dirinya tak sempurna.
Tetapi jika kamu memintaku tidak untuk membahas lagi
tentang RASA dan bahkan kamu mengatakan bawha kamu bisa melanjutkan hidup tampa
aku, selamat yaa.. tapi jangan paksa aku untuk melakukan hal yang sama. Biarkan
aku tetap seperti ini “Mencintaimu dengan Utuh”
Terima kasih,
“maaf”. Atas sikap keegoisan dan kekanak-kanakanku, tak seharusnya aku berlaku
seperti itu dan terima kasih atas pembelajaran tentang menerima dan
mengakui.
“Butuh kerendahan
hati untuk meminta maaf dan kebesaran hati untuk memaafkan.” Maaf kan aku Tuan
Aku masih selalu dan akan selalu ingat bahwa
kita pernah melewati masa-masa indah, terindah mungkin untuk dijadikan catatan
sejarah umat manusia “maaf mungkin aku berlebihan”. Menghabiskan waktu bersama,
melewati detik demi detik dengan berbagi nafas bahagia. Menanti setiap senja
dihadapan masing-masing hingga
sedimennya terlukis diangkasa. Oranye. Momen surgawi yang meski tidak ada alat
untuk mengabadikan namun aku rasa mata kita adalah lensa terbaik yang mampu
merekam dan menyimpannya dalam memori. Kenangan.
Hingga saat ini aku hanya bisa
mengingat-ingat kenangan yang pernah kita kecap, kita bagi dalam setiap
hembusan nafas kita. Perpisahan. Seketika kata-kata itu menjadi tanda tanya
agung bagiku, menimbulkan begitu banyak anak tanya tanpa aku harus tahu apa
jawabnya. Yang aku tahu saat ini aku harus menjalani hidupku sendiri,
benar-benar sendiri tanpa kehadiranmu lewat pesan atau suaramu di telepon saat
membangunkan tidurku atau sekedar memanggilku dengan kata itu “ Ikan Mas “.
Anggap saja ini buah dari kelalaianku,
aku begitu mudahnya melepasmu dan sekarang aku menyadari bahwa aku telah
melepaskan diriku. Iya, bagiku kamu adalah pancaran diriku. Pada tutur lembutmu
aku menemukan jati diriku. Sulit memang berpisah dengan diri sendiri, hati ini
tidak lagi menemukan refleksinya. Hanya gelap, kehilangan arah, tak tahu kemana
harus melangkah.
Aku hanya berharap segera menemukan
jalan pulang. Entahlah, mungkin saat ini kita berdua sedang sama-sama tersesat,
atau kamu sudah kembali pulang ke tujuanmu? Tidak ada yang tahu dimanakah
tujuan itu, baik kamu ataupun aku. Yang aku tahu bersamamu aku tidak pernah
takut untuk meraih masa depan.
Mungkin perasaanmu telah berganti, seperti
celotemhmu tempo hari “perjodohan” iyaa ituu yang bahkan membuat aku berubah
derastis hingga tak memperdulikan perasaanmu dan akhirnya kita sampai pada hari yang biasa.
Dimana kita tak saling sapa, seperti kita yang tak kenal pada awalnya. memang cinta selalu menemukan rumahnya sendiri tanpa
perlu kita pandu. Jika memang begitu, ijinkan aku melepasmu dalam haru. Ijinkan
aku untuk selalu mengingatmu saat hujan dan senja ,kenapa??? Karena kamu
menyukai hujan dan aku yang menyukai senja, meski bibir ini terhujani air mata.
Jika memang itu yang aku bisa, ijinkan
aku mengeja namamu dalam batas senja.
Karena bagian tersulit dari melupakan
adalah tentang janji yang pernah diucapkan.
dari,
aku yang salah
namun tidak menjadikannya pembenaran.
Paris, 12 juni 2013
16:19 Ct