Ikan Mas Gorengpatut :'( bahkan darimu aku mulai menyukai ikan

Woensdag 12 Junie 2013

TERIMAKASIH " MAAF"

Kepadamu pemilik hati ini, aku mengatakan sesungguhnya rindu yang tak hingga ini masih tertuju kepadamu. Tempatku masih disini, sama seperti beberapa hari lalu atau jika aku ingin muluk maka tempatku masih sama dengan beberapa bulan lalu, mencintaimu dengan tulus dan menantimu dengan penuh harapan.
 Maaf  mungkin aku memang banyak  mengabaikanmu meski kamu begitu berarti dalam hidup. mementingkan segala hal tentangku hingga melupakanmu dengan begitu.
Sejatinya, kamu mengajarkan banyak hal padaku. Tentang sebuah kerendahan hati dan keikhlasan yang sulit sekali dituntaskan dalam universitas kehidupan ini. Mungkin itu juga yang membuatmu sulit dipahami dan dimengerti. Tapi percayalah, aku belajar banyak darimu. Aku belajar memaknai hidup, belajar tentang bagaimana merendahkan hati tanpa merendahkan diri, belajar menerima. 
Bukankah itu yang paling penting? Menerima apapun dengan kelapangan dada. Sulit sudah pasti, memang tak ada yang mudah menjalani hidup ini.Tapi kamu adalah warna, bahwa segalanya tetap akan baik-baik saja meski tidak sempurna. Dan itulah letak kesempurnaan manusia, menyadari dirinya tak sempurna. 
Tetapi  jika kamu memintaku tidak untuk membahas lagi tentang RASA dan bahkan kamu mengatakan bawha kamu bisa melanjutkan hidup tampa aku, selamat yaa.. tapi jangan paksa aku untuk melakukan hal yang sama. Biarkan aku tetap seperti ini “Mencintaimu dengan Utuh”
Terima kasih, “maaf”. Atas sikap keegoisan dan kekanak-kanakanku, tak seharusnya aku berlaku seperti itu dan terima kasih atas pembelajaran tentang menerima dan mengakui. 
“Butuh kerendahan hati untuk meminta maaf dan kebesaran hati untuk memaafkan.” Maaf kan aku Tuan
Aku masih selalu dan akan selalu ingat bahwa kita pernah melewati masa-masa indah, terindah mungkin untuk dijadikan catatan sejarah umat manusia “maaf mungkin aku berlebihan”. Menghabiskan waktu bersama, melewati detik demi detik dengan berbagi nafas bahagia. Menanti setiap senja dihadapan masing-masing  hingga sedimennya terlukis diangkasa. Oranye. Momen surgawi yang meski tidak ada alat untuk mengabadikan namun aku rasa mata kita adalah lensa terbaik yang mampu merekam dan menyimpannya dalam memori. Kenangan.
Hingga saat ini aku hanya bisa mengingat-ingat kenangan yang pernah kita kecap, kita bagi dalam setiap hembusan nafas kita. Perpisahan. Seketika kata-kata itu menjadi tanda tanya agung bagiku, menimbulkan begitu banyak anak tanya tanpa aku harus tahu apa jawabnya. Yang aku tahu saat ini aku harus menjalani hidupku sendiri, benar-benar sendiri tanpa kehadiranmu lewat pesan atau suaramu di telepon saat membangunkan tidurku atau sekedar memanggilku dengan kata itu “ Ikan Mas “.
Anggap saja ini buah dari kelalaianku, aku begitu mudahnya melepasmu dan sekarang aku menyadari bahwa aku telah melepaskan diriku. Iya, bagiku kamu adalah pancaran diriku. Pada tutur lembutmu aku menemukan jati diriku. Sulit memang berpisah dengan diri sendiri, hati ini tidak lagi menemukan refleksinya. Hanya gelap, kehilangan arah, tak tahu kemana harus melangkah.
Aku hanya berharap segera menemukan jalan pulang. Entahlah, mungkin saat ini kita berdua sedang sama-sama tersesat, atau kamu sudah kembali pulang ke tujuanmu? Tidak ada yang tahu dimanakah tujuan itu, baik kamu ataupun aku. Yang aku tahu bersamamu aku tidak pernah takut untuk meraih masa depan.
Mungkin perasaanmu telah berganti, seperti celotemhmu tempo hari “perjodohan” iyaa ituu yang bahkan membuat aku berubah derastis hingga tak memperdulikan perasaanmu dan  akhirnya kita sampai pada hari yang biasa. Dimana kita tak saling sapa, seperti kita yang tak kenal pada awalnya. memang cinta selalu menemukan rumahnya sendiri tanpa perlu kita pandu. Jika memang begitu, ijinkan aku melepasmu dalam haru. Ijinkan aku untuk selalu mengingatmu saat hujan dan senja ,kenapa??? Karena kamu menyukai hujan dan aku yang menyukai senja, meski bibir ini terhujani air mata. Jika memang  itu yang aku bisa, ijinkan aku mengeja namamu dalam batas senja. 

Karena bagian tersulit dari melupakan adalah tentang janji yang pernah diucapkan.

dari,
aku yang salah namun tidak menjadikannya pembenaran.


 Paris, 12 juni 2013
16:19 Ct

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking